Selasa, 13 November 2007

Resensi Buku Evaluasi Program Pendidikan

RESENSI BUKU

Judul buku : Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi)

Pengarang : Prof. Dr. Suharsimi arikunto

Jumlah Halaman : 308 + Vii Halaman

Tahun Terbit : Cetakan kelima, Januari 2005

Penerbit : Bumi aksara

Pada buku yang berjudul dasar-dasar evaluasi pendidikan karangan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto ini terdiri dari 308 halaman dan memiliki 19 Bab. Diantaranya:

Bab 1 : Pendahuluan, yang mana pada bab 1 ini memuat materi mengenai pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi.

Bab 2 : Subjek dan Sasaran Evaluasi

Bab 3 : Prinsip dan alat Evaluasi

Bab 4 : Masalah Tes

Bab 5 : Validitas

Bab 6 : Reliabilitas

Bab 7 : Taksonomi

Bab 8 : Tujuan Instruksional

Bab 9 : Tes Standar dan Tes Buatan Guru

Bab 10 : Penyusunan Tes

Bab 11 : Tes Tertulis Untuk Prestasi Belajar

Bab 12 : Tabel Spesifikasi

Bab 13 : Menganalisis Hasil Tes

Bab 14 : Menskor dan Menilai

Bab 15 : Mengolah Nilai

Bab 16 : Kedudukan Siswa Dalam Kelompok

Bab 17 : Mencari Nilai Akhir

Bab 18 : Membuat Laporan

Bab 19 : Evaluasi Program Pengajaran

Tolak ukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi. Evaluasi pendidikan sering diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar mengajar, padahal antara keduanya punya arti berbeda meskipun saling berhubungan. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (kuantitatif), sedang menilai berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif) adapun penyusunan evaluasi meliputi keduanya.

Buku ini hadir untuk membantu para guru atau calon guru dalam proses belajar mengajar dan mengetahui baik akhir yang dicapai dari kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, target atau tujuan pembelajaran akan diperoleh.

Penulisan buku ini bertujuan untuk membantu memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada calon guru maupun para guru yang telah bertugas, agar ada pegangan dalam bekerja. Tujuan penulisan adalah untuk mengarahkan konsentrasi pembaca pada beberapa pokok yang paling penting pada bab itu, sekaligus menghubungkannya dengan praktek.

Buku ini ditulis dengan maksud memberikan tambahan informasi kepada siapa saja mengenai cara-cara mengadakan evaluasi program pendidikan. Contoh-contoh sengaja diambil dari pengalaman yang nyata dan terjadi dengan maksud sekaligus memberikan informasi bahwa hal-hal seperti itu pernah dilakukan di Indonesia. Bagi para pendidik yang tidak mau ketinggalan memperoleh informasi, dimungkinkan akan gembira menyambut informasi ini.

Kelebihan dari buku ini yaitu dilengkapi dengan contoh cara-cara pembuatan butir-butir soal disertai dengan cara menskor dan menilai. Dan juga dilengkapi dengan tabel spesifikasi. Dalam buku ini juga dibahas mengenai bagaimana cara mengolah nilai sehingga buku ini sangat baik dibaca terutama oleh guru dan calon guru, sehingga dapat mempermudah guru dalam mengolah nilai.

Dan yang lebih penting lagi dalam buku ini adalah pada pembahasan terakhir yang membahas tentang Evaluasi Program Pengajaran. Dimana dalam pembahasan ini merupkan acuan bagi guru dalam mengevaluasi seluruh program pengajaran.

Selain itu kelebihan lain dari buku ini adalah teknis penulisan buku yang cukup baik, dan penggunaan bahasa yang mudah dimengerti bagi siapa pun yang akan membacanya, serta cover dari buku ini pun sangat menarik untuk dilihat.

Senin, 05 November 2007

Syarat-syarat Evaluator

SYARAT MENJADI EVALUATOR SEBAGAI BERIKUT:

  1. Mampu melaksanakan, adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
  2. Cermat, adalah mereka dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.
  3. Objektif, adalah mereka tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus diikuti.
  4. Sabar dan objektif, adalah agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrument, mengumpulkan data, dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.
  5. Hati-hati dan bertanggung jawab, adalah melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung risiko atas segala kesalahannya.

Ada dua kemungkinan asal (dari mana) orang untuk dapat menjadi evaluator program ditinjau dari program yang akan dievaluasi. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan orang yang bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut evaluator dapat dikalsifikasikan menjadi dua macam, yaitu evaluator dalam (internal evaluator) dan evaluasi luar (eksternal evaluator).

Internal Evaluator adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah seorang dari petugas atau anggota pelaksana program yang dievaluasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari internal evaluator yaitu:

Kelebihan:

Pertama, Evaluator memahami betul program yang dievaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan kata lain evaluasi tepat pada sasaran. Kedua, Karena evaluator aalah orang dalam, pengambil keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar petugas evaluasi.

Kekurangan:

Pertama, Adanya unsure sebjektifitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhawatirkan akan bertindak subjektif. Kedua, Karena sudah memahami seluk beluk program, jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehinga kurang cermat.

Eksternal Evaluator adalah orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program. Mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau berada di luar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka sendiri, maka tim evaluator luar ini biasa dikenal dengan nama tim bebas atau independent team.

Kelebihan:

Pertama, Oleh karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program maka evaluator luar dapat bertindak secara objektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apa pun hasil evaluasi, tidak akan ada respons emosional dari evaluator karena tidak ada kepentingan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan kenyataan dan keadaan. Kedua, Seorang ahli yang dibayar biasanya akan memprtahankan kredibibilitas kemampuannya. Dengan begitu, evaluator akan bekerja secara serius dan hati-hati.

Kekurangan:

Pertama, Evaluator luar adalah orang baru yang sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha mengenal dn mempelajari seluk-beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Kedua, Pemborosan, pengambil keputusan harus mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk membayar evaluator bebas.

Untuk menghasilkan evaluasi yang baik, maka petugas evaluasi harus berasal dari dalam dan luar program, yaitu gabungan antara orang-orang di dalam program digabung dengan orang-orang dari luar. Sedangkan perbedaan menonjol antara evaluator luar dengan evaluator dalam adalah adanya salah satu langkah penting sebelum mereka mulai melaksanakan tugas. Oleh karena evaluator luar adalah pihak asing yang tidak-tahu menahu dan tidak berkepantingan dengan program, yang diasumsikan belum memahami seluk-beluk program maka terlebih dahulu tim tersebut perlu mempelajari program yang akan dievaluasi.

Senin, 01 Oktober 2007

VALIDITAS

Uji validitas dan reliabilitas adalah semacam proses “audit” terhadap instrument penelitan (angket, kuesioner) sebelum “go public”. Audit yang dimaksud di sini bersifat antisipasi, preventif bukan evaluatif seperti lazimnya pengertian audit di dunia keuangan. Kualitas hasil riset salah satunya ditentukan oleh faktor uji validitas dan reliabilitas. Apapun metode analisis yang Anda gunakan, secanggih apapun uji-uji statistik yang Anda pakai, tidak akan berguna jika instrument penelitian Anda tidak melalui “audit”! Hukum “GARBAGE IN GARBAGE OUT” berlaku di sini.

Jika Anda membandingkan sejumlah buku metode penelitian, maka Anda pasti tidak akan menemukan “kesepakatan” di antara para penulis buku tersebut terutama dalam dalam jumlah/ragam jenis validitas dan pengelompokkannya. Saya sudah melakukan content analysis kecil-kecilan terhadap sejumlah buku metode penelitian baik di bidang sosial maupun pemasaran, hasilnya saya menemukan ada 4 jenis validitas yang sering disebutkan yaitu : Face Validity, Content Validity, Criterion Validity, dan Construct Validity. Sebaiknya Anda tetap menyebutkan jenis-jenis validitas ini dalam “bahasa londo”-nya karena di antara para penulis buku-buku metode penelitian sepertinya belum ada kesepakatan penerjemahan. Jenis validitas yang paling beragam terjemahannya adalah Face Validity. Terjemahan yang digunakan terhadap Face Validity di antaranya : validitas rupa, validitas muka, validitas paras, dan validitas permukaan (saya pribadi setuju yang ini…). Yang rada ngaco adalah terjemahan Content Validity, manakala sebagian besar buku menerjemahkannya sebagai validitas isi yang menerjemahkannya dengan validitas kandungan

Oke, lalu apa sebenarnya validitas? Judul tulisan ini adalah defenisi validitas yang paling sederhana, benar-benar benar! Dengan kata lain suatu instrumen penelitian dikatakan valid jika mampu menghasilkan data yang benar-benar benar. Data yang benar-benar benar dihasilkan oleh instrumen yang mengukur apa yang seharusnya diukur. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, timbangan beras valid untuk menimbang sekarung beras tapi tidak valid menimbang sehelai surat, termometer tubuh valid untuk mengukur suhu tubuh tapi tidak valid mengukur suhu air mendidih, jika dipaksakan dijamin ancur tuh termometer (sure deh, percaya deh, saya pernah membuktikannya waktu kecil, alhasil uang jajan saya dipotong oleh ibu saya untuk mengganti termoternya yang pecah). Contoh yang lebih relevan dengan dunia penelitian, apakah cukup dengan hanya menanyakan pengeluaran rutin perbulan maka kita sudah mengukur status sosial dan ekonomi seseorang? Ukuran pengeluaran rutin perbulan tidak valid dalam mengukur status sosial dan ekonomi seseorang, alat ukur tersebut hanya mengukur status ekonomi!

Validitas terdiri dari beberapa jenis, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Ke empat jenis validitas tersebut masih bisa dikelompokkan menjadi validitas konsensus dan validitas komparasi. Termasuk dalam validitas konsensus adalah face validity dan content validity. Pengertian konsensus disini adalah kesepekatan para ahli/pakar dibidangnya bahwa suatu ukuran/instrumen memang benar atau tepat adanya mengukur suatu fenomena/gejala. Misalnya untuk menentukan dominasi suatu produk atau perusahaan di pasar tertentu maka kita bisa mengukurnya dengan menghitung market share (pangsa pasar) dari produk atau perusahaan tersebut baik secara unit maupun sales. Semua ahli marketing pasti menyarankan alat ukur ini jika Anda ingin mengetahui dominasi produk atau perusahaan Anda dalam pasar tertentu. Validitas konsensus ini merupakan validitas yang “cetek”, alias paling sederhana, cenderung subjektif, sehingga kurang menantang gitu loh. Tidak diperlukan perhitungan matematis untuk meloloskan suatu alat ukur dari saringan validitas ini. Perbedaan antara face dengan content validity hanyalah pada jumlah dimensi konsep yang diukur. Jika suatu konsep cukup diukur dengan satu atau dua variabel maka loloslah dia dari saringan face validity, misalnya konsep market share. Namun jika suatu konsep melibatkan banyak dimensi maka dia harus menjalani saringan content validity. Misalnya pengukuran status sosial dan ekonomi yang dilakukan oleh AC Nielsen di Indonesia, karena hanya melibatkan satu dimensi saja (pengeluaran rutin perbulan) jelas tidak lolos dari saringan content validity! Alat ukur AC Nielsen tidak valid untuk mengukur konsep status sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia! Bersambung…

Rabu, 26 September 2007

Raport KTSP awal

Nama Sekolah : SMP Islam Raudlatul Hikmah Kelas : VIII

Alamat : Jl. Arjuna Parakan Semester Ke : II

Nama Siswa : Yuliana Sofiani Tahun Pelajaran : 2006/2007

Nomor Induk : 05061412

Raport KTSP awal

No

Mata Pelajaran

Aspek

KKM

Nilai Pencapaian

Angka

Huruf

1.

Pendidikan Agama

Penguasaan Konsep dan Nilai-nilai

60

60

Enam puluh

Penerapan

60

60

Enam pulah

2.

Pendidikan Kewarganegaraan

Penguasaan Konsep dan nilai-nilai

60

75

Tujuh puluh Lima

Penerapan

60

65

Enam puluh lima

3.

Bahasa dan Sastra Indonesia

Mendengarkan

60

60

Enam puluh

Berbicara

60

60

Enam puluh

Membaca

60

65

Enam puluh lima

Menulis

60

60

Enam puluh

Apresiasi Sastra

60

60

Enam puluh

4.

Bahasa Inggris

Mendengarkan

60

60

Enam puluh

Berbicara

60

60

Enam puluh

Membaca

60

60

Enam puluh

Menulis

60

60

Enam puluh

5.

Matematika

Pemahaman Konsep

60

65

Enam Puluh Lima

Penalaran dan Komunikasi

60

65

Enam puluh Lima

Pemecahan Masalah

60

65

Enampuluh Lima

6.

Sains/ Ilmu Pengetahuan Alam

Pemahaman dan Penerapan Konsep

60

70

Tujuh puluh

Kinerja Ilmiah

60

70

Tujuh puluh

7.

Pengetahuan Sosial

Penguasaan Konsep

60

60

Enam puluh

Penerapan

60

75

Tujuh puluh Lima

8.

Kesenian

Apresiasi

60

60

Enam puluh

Kreasi

60

60

Enam puluh

9.

Pendidikan Jasmani

Permainan dan OLah Raga

60

60

Enampuluh

Aktivitas Pengembangan

60

60

Enam puluh

Uji Diri/Senam

60

60

Enam puluh

Aktivitas Ritmik

60

60

Enam puluh

Pilihan……….

10.

Pilihan:

Kreasi Produk Kerajinan

a. Keterampilan

Kreasi Produk Teknologi

b. Teknologi

Etika Pemanfaaatan

60

80

Delapan Puluh

Pengolahan & Pemanf Informasi

60

75

Tujuh Puluh lima

Penugasan Proyek

60

65

Enam puluh Lima

11.

Muatan Lokal :

B. Arab

Penguasaan Konsep

60

65

Enam Puluh Lima

Penerapan

60

65

Enam Puluh Lima

12.

Praktek Ibadah

60

60

Enam puluh

BTQ

60

60

Enam puluh

JUMLAH

2040

RATA-RATA

63,75

Peringkat……….Dari……45….Siswa